“Sholat Jumat Tidak Boleh di Langgar, sedangkan Sholat Maghrib Boleh”



Leemindo.com Judul artikel di atas hanyalah salah satu kalimat yang menunjukkan pentingnya menulis dengan benar dalam Bahasa Indonesia. Pembahasan ini dibuat karena saat ini saya kembali memperdalam dan mempelajari penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam penulisan. Kembali aktif sebagai blogger membuat saya sadar akan pentingnya berbahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

Hal yang ingin saya bahas dalam kesempatan ini adalah “di” sebagai kata depan dan imbuhan karena masih sering kita temui kesalahan pada penggunaannya. Bayangkan saja jika judul di atas “ditelan” mentah-mentah oleh si pembaca tanpa mengetahui cara penggunaan “di” sebagai kata depan dan sebagai imbuhan (awalan). Kita sering menemukan kata-kata yang menggunakan “di” ini. Namun sangat disayangkan masih banyak yang tidak bisa membedakan mana “di” sebagai kata depan dan mana yang digunakan sebagai imbuhan. Kadang saya juga masih keliru. Hehehe.Jika diperhatikan sekilas, masalah “beda spasi” tersebut tidak terlalu berpengaruh apa-apa. Contohnya ketika menulis kalimat “Hari ini ada pesta dirumah” dan “Hari ini ada pesta di rumah”. Artinya sama saja (menurut sebagian orang), “di rumahnya ada pesta”. Tapi coba bayangkan jika kita ketemu dengan kalimat seperti judul di atas.

Di langgar atau dilanggar?
“Sholat Jumat tidak boleh di Langgar, sedangkan Sholat Maghrib boleh” dan “Sholat Jumat tidak boleh dilanggar, sedangkan Sholat Maghrib boleh”. Hanya gara-gara spasi, artinya sangat bertolak belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada 2 makna dari kata langgar.

1. Langgar: http://kbbi.web.id/langgar 



Jadi, arti dari “Sholat Jumat tidak boleh di Langgar, sedangkan Sholat Maghrib boleh” dengan penulisan menggunakan spasi adalah menjelaskan bahwa Sholat Jumat tidak boleh dilakukan di Langgar (Mushola; Surau), sedangkan sholat Maghrib boleh. Arti Langgar (2) secara detail dapat dilihat di atas.
Jika ditulis tanpa spasi, artinya sholat Jumat harus dikerjakan sedangkan sholat Maghrib boleh tidak dikerjakan.

Wah, ini bisa menjadi sebuah permasalahan bagi yang tidak memahami penggunaan “di” sebagai kata depan dan imbuhan tersebut. Bisa-bisa saya didemo karena mengeluarkan statement sesat, sekte atau melecehkan agama. Hadeh. "di" sebagai kata depan, dipakai umumnya untuk menunjukkan "tempat melakukan aktivitas, tempat keberadaan", biasanya diikuti kata benda yang menunjukkan tempat, dan dipisahkan oleh spasi dengan kata benda tersebut.

Contohnya: Teguh menghadiri pernikahan mantan kekasihnya di gedung PCC (menunjukkan tempat)

Ada pula “di” sebagai kata depan yang diikuti kata benda yang menunjukkan waktu

Contohnya: Teguh berjalan mengelilingi Taman Digulis di sore hari untuk mencari pasangan hidup


Sedangkan “di” yang digunakan sebagai imbuhan berfungsi menunjukkan bentuk pasif. Biasanya diikuti kata kerja, atau kata benda yang dijadikan kata kerja dengan diberi imbuhan, dan penulisannya disambung alias tidak memakai spasi.

Contoh yang diikuti kata kerja (dimakan): Ikan goreng ibu dimakan kucing

Contoh yang diikuti kata benda yang dijadikan kata kerja (dimakamkan):
Korban kecelakaan tadi malam akan dimakamkan besok siang (makam adalah kata benda yang berubah menjadi kata kerja)

Masih banyak lagi contoh dalam penggunaan “di” ini. Saya menulis tulisan ini bukan sebagai ahli dalam berbahasa Indonesia dan tidak bermaksud menggurui. Siapa tahu dari apa yang saya sampaikan dapat memberikan sedikit manfaat dan membuat kita lebih teliti dalam menulis.

Berbagai kekurangan dalam artikel ini bisa anda koreksi dan tambahkan di kolom komentar di bawah. Berbagi ilmu itu keren banget.

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

"Komentar yang baik akan menunjukkan pribadi yang baik pula."

Terima kasih telah berkunjung dan membaca tulisan ini. Bantu SHARE yaa jika berkenan. Silahkan centang beri tahu saya untuk berinteraksi lebih lanjut di kolom komentar.

Salam hangat,
Leemindo.com