Kisah: Betapa Miskinnya Kita


Leemindo.com Saya adalah salah satu yang kurang suka membaca buku. Namun, ada 1 buku yang akhirnya bisa membius saya untuk membaca hingga berkali-kali mengulang isi buku tersebut. Banyak kisah inspiratif di dalamnya. Ini hanya segelintir kisah menarik yang saya dapatkan. Akan saya bagikan dalam blog ini buat anda. Hari ini, saya terfokus dengan sebuah cerita seorang yang kaya namun akhirnya sadar bahwa ia bukanlah apa-apa. Selamat menikmati.


Suatu hari seorang ayah dari keluarga sangat kaya membawa anaknya ke desa untuk menunjukkan kepadanya kehidupan orang-orang miskin. Mereka tinggal beberapa hari di rumah seorang petani miskin. Sekembalinya dari desa, sang ayah bertanya kepada anaknya, “Bagaimana menurutmu perjalanan kita ini?”
“Hebat, Ayah,” kata anaknya.

“Apakah kau melihat bagaimana orang-orang miskin itu hidup?”

“Ya.”

“Lalu, pelajaran apa yang dapat kau ambil dari perjalanan itu?” tanya ayahnya dengan bangga.

“Aku baru sadar, bahwa kita punya dua anjing sedang mereka punya empat. Kita punya kolam renang luasnya sampai setengah kebun, sedang mereka punya sungai yang tak memiliki ujung. Kita mengimpor lentera untuk kebun kita, mereka punya bintang-bintang di malam hari. Teras kita sampai halaman depan, sedang mereka seluruh horizon. Kita punya tanah tempat tinggal kecil, mereka punya halaman sejauh mata memandang. Kita punya pembantu-pembantu yang melayani kita, sedang mereka memberikan pelayanan kepada orang lain. Kita membeli makanan kita, mereka memetik sendiri makanan mereka. Kita memiliki pagar mengelilingi dan melindungi kekayaan kita, mereka punya teman yang melindungi mereka.

Sampai disini, sang ayah tak bisa berkata apa-apa. Kemudian anaknya menambahkan,” Ayah, terima kasih, engkau telah menunjukkan betapa miskinnya kita.”

****

Kita sering kali lupa pada segala yang kita miliki dan memusatkan perhatian hanya pada apa-apa yang kita miliki.

Kisah di atas hanya satu dari sekian banyak kisah dan cerita yang bisa kita petik hikmahnya.

Rasulullah pernah bersabda, ”Kalimat hikmah adalah milik orang mukmin yang hilang.” (Tirmidzi dan Ibnu Majah). Maksudnya, dimana pun orang mukmin menemukan hikmah maka ia berhak menyimpannya. Ali bin Abi Thalib, sahabat nabi yang paling alim pun, berkata, “Ambillah hikmah dari sumber mana pun.”


Author Unknown

Sumber: Hikmah dari Seberang (Penulis: Drs. Abu Abdillah Al-Husainy)

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

"Komentar yang baik akan menunjukkan pribadi yang baik pula."

Terima kasih telah berkunjung dan membaca tulisan ini. Bantu SHARE yaa jika berkenan. Silahkan centang beri tahu saya untuk berinteraksi lebih lanjut di kolom komentar.

Salam hangat,
Leemindo.com