Menuntut Ilmu di Forest Talk bersama Blogger Pontianak


Leemindo.com Hari ini (20/04/2019) menjadi hari padat bagi saya. Banyak agenda yang bentrok karenanya. Namun tekad tak boleh hilang untuk datang ke sebuah acara bertajuk Forest Talk Blogger Pontianak. Agenda direncanakan di rundown dimulai pukul 09.00 WIB untuk registrasi ulang. Dengan jarak tempuh sekitar 30 menit dari rumah, saya pun bergegas menuju Hotel Ibis pada pukul 08.20 WIB, tempat terselenggaranya acara. Pagi itu, adik ipar kebetulan nebeng ke Dr. Wahidin.

Setelah sampai ke tujuan si adik sekitar 20 menit, istri mengabarkan kepadanya bahwa smartphone saya tertinggal di kamar. Astaghfirullah, keputusan finalnya saya harus kembali ke rumah karena smartphone sangat penting untuk menunjang agenda saya seharian penuh.

 ~ Saya terlambat karena kejadian itu. ~

Pukul 09.50 WIB saya baru sampai ke Lantai 3 Hotel Ibis. Alhamdulillah, acara inti belum dimulai. Ketika saya datang, peserta baru ingin memulai menyanyikan Lagu Indonesia Raya.

Huff, syukurlah.

Selain pemaparan materi dari seluruh narasumber, panitia juga mengadakan lomba live twitter dan Instagram. Para peserta tentu akan membagi konsentrasinya antara mendengarkan materi dan nge-twit. Hal inilah yang membuat blogger itu disebut bukan manusia biasa, yang bisa fokus pada 2 hal di satu waktu. Hahahaha.

Lestari Hutanku, Lestari Hidupku...

Berbicara tentang hutan, tentu akan banyak topik jika dikaitkan dengan pulau Kalimantan. Kami lahir dan besar di sini, yang selalu bangga jika mendengar orang mengatakan Kalimantan adalah paru-paru dunia. Apakah saat ini pujian itu akan sirna? Mengingat banyak konflik yang terjadi terhadap hutan kami. Hutan Kalimantan pun terancam tersisihkan untuk menjadi paru-paru dunia.

Yayasan Dr Sjahrir dan The Climate Reality Project Indonesia mengajak para Blogger dan generasi milenial untuk menjaga dan peka dengan keadaan hutan ataupun lingkungan sekitar.


Seperti yang disampaikan oleh Ibu Dr. Amanda Katili Niode dari The Climate Reality Project Indonesia, pada tahun 2018 secara global ada 60 juta orang terdampak cuaca ekstrem. Di Indonesia sendiri, terjadi 2481 bencana, 97% hidrometeorologi dan 10 Juta orang menderita dan mengungsi. Ini terjadi akibat kegiatan manusia yang berlebihan, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim sehingga berdampak menjadi bencana dan mengganggu penghidupan. Solusinya? Dengan mitigasi dan adaptasi.
Mitigasi adalah upaya memperlambat proses perubahan iklim global dengan mengurangi level gas-gas rumah kaca di atmosfer dan mengurangi emisi dari kegiatan manusia.
Adaptasi yaitu mengembangkan berbagai cara untuk melindungi manusia & ruang dengan mengurangi kerentanan terhadap dampak iklim dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim global.
Hal sangat sepele yang bisa merusak lingkungan adalah penggunaan plastik. Saya pribadi masih sering tak menyadari dampak besar yang terjadi dengan penggunaan plastik ini. Menurut data pada pemaparan sesi pertama ini, setiap tahunnya ada 1.000.000.000.000 kantong plastik sekali pakai digunakan di seluruh dunia.




Ayooo blogger, marilah kita kurangi beban alam semesta yang sudah semakin menua ini dimulai dari hal-hal kecil.
Peralihan global ke pola makan yang mengurangi daging dan menambah buah-buahan dan sayur-sayuran dapat menyelamatkan 8 juta hidup manusia pada 2050, menghemat biaya kesehatan & kerusakan iklim US$ 1,5 triliun. Oxford Study, 2015

Pada sesi selanjutnya, Ibu Dr. Atiek Widayati dari Yayasan Tropenbos Indonesia memaparkan materi dengan tema Pengelolaan Hutan dan Lanskap yang berkelanjutan.
Hutan adalah suatu wilayah dengan luasan lebih dari 6,25 ha dengan pohon dewasa lebih tinggi dari 5 meter dan tutupan kanopi lebih besar dari 30% | A land area of more than 6.25 hectares with trees higher than 5 meters at maturity and a canopy cover of more than 30 percent. KLHK, 2018
Dr. Atiek memaparkan isu seputar hutan tentang penyebab perubahan fungsinya dan dampak yang dihasilkan. Deforestasi hutan yaitu perubahan permanen dari areal berhutan menjadi areal tidak berhutan atau tutupan lainnya sebagai akibat dari aktivitas manusia, sedangkan Degradasi Hutan adalah perusakan atau penurunan kualitas hutan (tutupan, biomasa dan/ atau aspek lainnya).

Dalam proses konversi hutan dan perubahan tutupan lahan, pada skala besarnya bisa terjadi pembalakan/ penebangan hutan yang mengakibatkan beralih fungsi/ status menjadi pembangunan hutan tanaman seperti akasia, kelapa sawit. Pada skala kecil, penebangan yang dilakukan masyarakat yang menyebabkan ladang (berpindah) dan pertanian lahan kering.

Dampak buruk perubahan lahan ini mengakibatkan berkurangnya biomasa, hilangnya/ menurunnya penyerapan CO2, bencana kebakaran hutan, sedimentasi di pesisir dan lain-lain.

Dampak Sedimentasi di Pesisir/ Biota Laut
Kabupaten Kayong Utara menjadi salah satu contoh yang terkena dampak tersebut. Akibat dari deforestasi, warna air laut di sekitar Pulau Maya berwarna kuning kecokelatan. Membutuhkan waktu kurang lebih 40 menit untuk menyeberang ke Pulau Maya dari Kecamatan Sukadana menggunakan speedboat. Kunjungan saya ke Desa Tanjung Satai beberapa tahun lalu sekaligus melihat kondisi alam di sana. Saya juga berkeliling kampung pada malam hari untuk merasakan segarnya udara di pulau ini.

Desa Tanjung Satai, Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara
Desa Tanjung Satai, Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara
Desa Tanjung Satai, Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara
Pertanyaan besarnya adalah bagaimana masyarakat umum dapat berkontribusi mengembalikan kelestarian alam ini?


Saya, Anda, dan kita semua dapat berkontribusi dengan cara mendukung hasil hutan bukan kayu seperti hasil kerajinan dari rotan, madu, rempah-rempah, air mineral kemasan, maupun pemanfaatan jasa ekosistem.


Pada sesi berikutnya, Bpk. Dito Cahya Renaldi dari Social Impact & Commnunity Development Region Kalbar menyampaikan tentang program masyarakat desa dengan APP Sinarmas dan Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

Program DMPA berdiri pada tahun 2015, tersebar di 5 provinsi yaitu Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Tujuan dibentuknya DMPA adalah untuk mengedukasi masyarakat sehingga dapat mengelola perkebunannya lebih maksimal, memiliki nilai ekonomis serta masyarakat juga peduli kepada kebakaran. 

Berikut ini adalah Dampak dari Program DMPA (Desa Makmur Peduli Api)

Di sela-sela pemaparan materi, para peserta juga terlihat berkeliling melihat pameran yang menampilkan produk-produk unggulan dari hasil hutan Kalimantan. 

Nah, pada sesi berikutnya, kami berpindah tempat ke lantai bawah untuk melihat Demo masak pengolahan hasil alam dengan bahan dasar madu dan jamur. Menjelang makan siang dimana perut sudah mulai keroncongan, Chef Sumangun Wijaya dari Hotel Ibis semakin membuat kami tak sabar untuk merasakan hasil masakannya.


Bahan-bahan dari masakan yang disajikan ini sangatlah mudah ditemui di pasaran. Kita tak perlu lagi repot-repot keluar masuk hutan untuk mendapatkannya. Kata Chef, di ******* (merk dagang waralaba) pun tersedia. "Saya juga membelinya di sana.." jelasnya sambil tertawa.


Tiba saatnya sebuah pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan. Kami, Komunitas Blogger Pontianak dengan keseruan jalannya acara harus berpisah dengan orang-orang hebat ini. Terima kasih atas sharing ilmu yang semakin menyadarkan kami akan pentingnya pelestarian hutan untuk kelanjutan nasib makhluk hidup ke depannya.

Kembali ke paragraf 2 di atas, hikmah yang diambil dari kelalaian saya ketika smartphone tertinggal di rumah, ternyata keputusan saya untuk kembali sangatlah tepat. Dari aplikasi twitter di smartphone itu, saya mendapatkan Juara ke-3 pada lomba live twitter.

Nah, lelah pun diganti dengan hadiah. :p

Sengaja upload yang blur, biar ketampanan kami tak terlalu jelas.

Tentang Yayasan Doktor Sjahrir & Climate Reality Indonesia

Yayasan Doktor Sjahrir adalah Organisasi Nirlaba yang dibentuk untuk meneruskan misi sosial almarhum Dr Sjahrir. Lembaga bergerak lintas sektor, termasuk bidang pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Yayasan ini memiliki kantor yang terletak di Jalan Sukabumi No. 15, Menteng, Jakarta. 

email: sekretariat@yayasandoktorsjahrir.id
Twitter YSjahrir
Instagram yayasandoktorsjahrir
Website Lestari Hutan dan Yayasan Dr. Sjahrir

The Climate Reality Project Indonesia adalah bagian The Climate Reality Project yang berasal dari Amerika Serikat, dipimpin oleh Mantan Wakil Presiden Al Gore. Saat ini memiliki lebih dari 300 relawan di Indonesia yang juga berfokus melakukan sosialisasi perubahan iklim dan mendorong masyarakat untuk menjadi bagian dari solusi.

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

"Komentar yang baik akan menunjukkan pribadi yang baik pula."

Terima kasih telah berkunjung dan membaca tulisan ini. Bantu SHARE yaa jika berkenan. Silahkan centang beri tahu saya untuk berinteraksi lebih lanjut di kolom komentar.

Salam hangat,
Leemindo.com